Thursday 28 June 2012

Teori dan Metode Pengukuran Stres


2
Sekilas tentang Teori dan Metode Pengukuran Stres

A.    TEORI STRES
Dalam percakapan sehari-hari, stres telah ditetapkan dalam 3 hal yang berbeda: sebagai suatu stimulus, sebagai suatu respon, dan sebagai suatu interaksi. Ketika orang berbicara tentang stres, mereka menunjuk kepada suatu stimulus lingkungan, seperti: "Saya memiliki pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi." Sementara orang lain menganggap stres sebagai respon fisik, seperti: "Jantungku berdetak cepat ketika saya merasa sangat stres." Adapula yang menganggap stres sebagai akibat dari interaksi antara stimulus lingkungan dan orang, seperti: " Saya merasa stres ketika saya harus membuat keputusan keuangan di kantor, tetapi keputusan yang lain tidak membuat saya stres" (Brannon dan Feist, 2000).
Pakar peneliti stres yang terkenal diantaranya adalah Hans Selye. Selye lebih melihat stres sebagai suatu respon dan dalam penelitiannya lebih berkonsentrasi pada aspek biologi dari respon stres. Sementara itu, pakar lain yaitu Richard Lazarus lebih melihat stres sebagai suatu interaksi (Brannon dan Feist, 2000).

Pandangan Selve
Dia meneliti pengaruh stres terhadap respon fisiologis dan mencoba untuk menghubungkan reaksi ini terhadap terjadinya penyakit. Selye menggunakan istilah stresor untuk menunjukkan stimulus dan stres yang berarti respon. Selye percaya bahwa walaupun bermacam-macam keadaan yang dapat mendorong respon stres, tetapi respon tersebut akan selalu sama. Penelitian Selye ini dilakukan baik pada manusia maupun hewan (Brannon dan Feist, 2000).

Pandangan Lazarus
Penelitiannya lebih banyak dilakukan pada manusia daripada pada hewan. Tidak satupun kejadian lingkungan atau pun respon seseorang menentukan stres. tetapi lebih ditentukan oleh persepsi keadaan psikologis individu. Menurutnya. pengaruh stres seseorang lebih didasarkan pada perasaan seseorang terhadap ancaman, sifat mudah terluka, dan kemampuan untuk mengatasinya (Brannon dan Feist, 2000).

B.     METODE PENGUKURAN STRES
1.      Ukuran Fisiologis
Salah satu metode pengukuran stres adalah dengan menggunakan berbagai ukuran fisiologis dan biokimia. Indeks fisiologis termasuk tekanan darah, denyut jantung, galvanic skin respon, dan kecepatan pernapasan. Sedangkan ukuran biokimia termasuk peningkatan sekresi glukokortikoid seperti kortisol dan katekolamin seperti epinephrin. Ukuran-ukuran ini memiliki keuntungan yaitu dilakukan langsung, reliabilitasnya tinggi, dan mudah diukur (Brannon dan Feist, 2000).

2.      Life Events Scales
Pada tahun 1967, Thomas Holmes dan Richard Rahe mengembangkan Social Readjustment Rating scale (SRRS). Kemudian Holmes dan rahe mengembangkan skala mereka dengan menganggap bahwa stres berasal dari peristiwa pengalaman seseorang dan merubah kehidupan seseorang (Brannon dan Feist, 2000). Dalam Skala Holmes terdapat 36 butir berbagai pengalaman dalam kehidupan seseorang, yang masing-masing diberi skor (Tabel 1).

Table 1. Skala Holmes
No                                     Pengalaman Kehidupan                             Skor
1.                 Kematian suami/istri                                                                100
2.                 Kematian keluarga deka                                                            63
3.                 Perkawinan                                                                                50
4.                 Kehilangan jabatan                                                                    47
5.                 Pensiunan / pengasingan diri                                                     45
6.                 Kehamilan istri                                                                          40
7.                 Kesulitan seks                                                                            39
8.                 Tambah anggota keluarga baru                                                  39
9.                 Kematian kawat dekat                                                              37
10.             Konflik suami/istri                                                                     35
11.             Menggadaikan rumah                                                                31
12.             Perubahan dalam tanggung jawab pekerjaan                            29
13.             Konflik dengan ipar, mertua, menantu                                      29
14.             Perasaan tersinggung atau penyakit                                          53
15.             Rujuk dalam perkawinan                                                           45
16.             Perubahan kesehatan seorang anggota keluarga                        44
17.             Perubahan dalam status keuangan                                             38
18.             Perceraian                                                                                  65
19.             Peralihan jenis pekerjaan                                                           36
20.             Mencegah terjadinya penggadaian/pinjaman                            30
21.             Anak laki-laki/perempuan meninggalkan rumah                       29
22.             Prestasi pribadi yang luar biasa                                                 28
23.             Istri mulai atau berhenti bekerja                                                29
24.             Kesulitan dengan atasan                                                            23
25.             Tukar tempat tinggal                                                                 20
26.             Perubahan dalam hiburan                                                          19
27.             Pinjaman dengan rumah sebagai jaminan                                  17
28.             Perubahan dalam jumlah pertemuan keluarga                           15
29.             Pelanggaran ringan                                                                    11
30.             Menukar kebiasaan pribadi                                                        24
31.             Perubahan jam kerja                                                                  20
32.             Tukar sekolah                                                                            20
33.             Tukar kegiatan sekolah                                                              18
34.             Tukar kebiasaan tidur                                                                16
35.             Perubahan dalam kebiasaan makan                                           15
36.             Berlibur                                                                                      13


 
Catatan: Jika jumlah skor lebih dari 300 maka individu tersebut menunjukan gejala –gejala stress (Hawari,2001)



Tabel 2. Hassles dan Uplifts Scales. Skala-skala dibawah ini dikembangkan untuk meneliti apakah ada hubungan antara stres yang berasal dari sumber yang ringan dan kesehatan fisik, serta untuk meneliti apakah kehidupan yang sedikit menyenangkan dapat bertindak sebagai buffer terhadap stres (Kanner dkk., 1981 cit. Bootzin dkk., 1991)


Sampel Hassles Scale




Sampel Uplifts Scale




Keparahan




Seberapa sering




1.       Ringan
2.       Moderat
3.       Sangat Parah




1.       Jarang
2.       Moderat
3.       Sering













1.
lupa meletakkan atau
1
2
3
1.
melakukan hobi anda
1
2
3

kehilangan sesuatu



2.
beruntung
1
2
3
2.
mengganggu tetangga
1
2
3
3.
menabung
1
2
3
3.
kewajiban sosial
1
2
3
4.
senang dengan teman sekerja
1
2
3
4.
tidak memperhatikan kebiasaan merokok
1
2
3
5. 6.
menggosip sukses dalam bidang keuangan
1 1
2 2
3 3
5.
berpikir tentang kematian
1
2
3
7.
istirahat (berlibur)
1
2
3
6.
kesehatan anggota keluarga
1
2
3
8.
merasa sehat
1
2
3
7.
tidak punya uang untuk
1
2
3
9.
menemukan sesuatu yang
1
2
3

membeli baju




telah hilang



8.
mepunyai utang
1
2
3







3.      Everyday Hassles Scales
Richard Lazarus dan kawan-kawannya sebagai penemu pertama metode pengukuran terhadap stres tersebut yang melihat stres sebagai kejadian sehari-hari daripada kejadian kehidupan yang penting (Brannon dan Feist. 2000). Bootzin dkk. (1991) menyatakan bahwa tampaknya kejadian sehari-hari mungkin lebih stres daripada suatu peristiwa penting yang tidak menyenangkan. Para peneliti telah menemukan suatu "hassles scale" (Tabel 2) untuk memeriksa pengaruh kesehatan terhadap stres ringan yang berlangsung terus menerus setiap hari misalnya kemacetan lalu lintas, menunggu antrian, salah meletakkan kunci, membelanjakan uang sebelum waktu pembayaran, dan Iain-lain. Hubungan stres terhadap kesehatan tampak jelas pada suatu penelitian yang menemukan bahwa kesibukan sehari-hari (daily hassles) merupakan suatu prediktor yang baik terhadap menurunnya kesehatan fisik, timbulnya depresi, dan perkembangan rasa cemas bila dibandingkan dengan suatu peristiwa penting dalam kehidupan. Setelah menemukan hubungan antara stres dan penyakit, Richard Lazarus dan kawan-kawan kemudian meneliti tentang kemungkinan kejadian atau peristiwa yang menyenangkan mempunyai pengaruh positif terhadap stres. Mereka mengembangkan suatu uplift scale yang berguna untuk menemukan adanya hubungan antara peristiwa sehari-hari yang menyenangkan dan kesehatan. Peristiwa sehari-hari yang menyenangkan antara lain adalah mendengarkan musik, makan malam yang menyenangkan dengan teman, bermain dengan anak, dan Iain-lain. Kemungkinan peristiwa menyenangkan seperti itu dapat bertindak sebagai buffer terhadap stres.

3
Asal Mula Stres


Darimanakah sebenamya stres itu bisa terjadi? Ada beberapa hal yang dapat menjadi sumber stres {stresor), seperti: lingkungan, jenis pekerjaan, perceraian, problem orang tua, keuangan, masalah hukum, penyakit (kanker, AIDS), kematian, tipe kepribadian, nutrisi, dan masih banyak lagi sumber stres lainnya (Gambar 1) (Selye, 1978; Swarth, 1993; Bootzin dkk., 1991; Orford, 1992; Brannon dan Feist, 2000; Hawari, 2001; Santrock, 2003). Hawari (2001) menyebut semua sumber stres tersebut dengan istilah stresor psikososial. Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut, sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain berupa stres, cemas, dan depresi.



 




















Gambar 1 Stresor Lingkungan dan Nutrisi (Swarth. 1993)



Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui wawancara dan kuisioner di suatu daerah, Gunarsa dan Gunarsa (2001) memperoleh hasil bahwa ada 4 macam hal yang dapat menyebabkan stres, yaitu:
1.     Perubahan yang pesat:
a.       Perubahan lingkungan alam: gedung baru yang megah dengan lantai yang
licin, jalan layang dan jalan dengan peraturan baru yang harus ditaati.
b.      Perubahan keadaan: suasana, politik, pendidikan, dan kurikulum
2.     Hubungan sosial, hubungan antar pribadi (interpersonal):
a.       Persaingan materi: mode baju terbaru, peralatan rumah tangga mutakhir
b.      Saingan pendidikan, keberhasilan suami, isteri atau anak
3.     Kebutuhan yang meningkat:
Peningkatan taraf hidup perlu diimbangi peningkatan biaya hidup
4.     Harapan yang tidak realistis:
a.       Harapan tentang pernikahan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenamya
pada suami atau isteri.
b.      Harapan tentang masa depan dan keberhasilan anak yang tidak sesuai dengan kemampuan anak.
c.       kecenderungan menghadapi dan menjalani hidup tanpa persiapan yang baik
dan bekal pengetahuan yang cukup akan membawa stres dalam menghadapi kehidupan yang penuh tanda tanya dan perubahan.

Sementara itu, menurut Dave (2004 cit. Colbert, 2006) ada dua macam hal yang menjadi penyebab stres, yaitu:
1.      Penyebab utama stres besar (kronis/menahun)
-          Perceraian
-          kematian anggota keluarga
-          penyakit yang berkepanjangan kemiskinan
-          ketidakbahagiaan di tempat kerja
2.      Penyebab stres sehari-hari (akut)
-          kemacetan lalu lintas
-          tagihan
-          ketegangan dalam keluarga
-          suara bising
-          kerumunan orang banyak
-          gangguan tidur
-          pengucilan
-          kelaparan
-          bahaya


Berbeda dengan Gunarsa dan Gunarsa (2001) serta Dave (2004 cit. Colbert, 2006), Colbert (2006) sendiri mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat kategori stres, yaitu: stres jasmani, emosional dan mental, kimiawi, dan stres suhu.

Sties Jasmani
Sties jasmani sermg timbul karena kurang tidur, kerja lembur, olah raga berlebihan, luka atau trauma jasmani., misalnya karena suatii kecelakaan kendaraan bermotor, operasi, infeksi, penyakit jasmani, dan rasa sakit menahun. Penyakit dan kondisi yang parah, seperti penyakit jantung, diabetes, radang sendi, penyakit Alzheimer, kanker, asma dan penyakit autoimiin biasanya merangsang timbulnya reaksi sties kronis dalam tubuh.
Perubahan-perabahan jasmani tertentu dapat menambah beban sties seseorang, misalnya menopause, ketidakseimbangan hormon, gizi yang tidak layak, kesuiitan tidur, dan berbagai macam faktor yang berhubungan dengan usia lanjut. Namun, tidak semua keadaan atau lingkungan mengakibatkan tingkat sties jasmani yang sama bagi tiap-tiap orang.

Stress Emosional Dan Mental
Berbagai emosi seperti kemarahan, permusuhan, depresi, kecemasan, dan ketakutan dapat menyebabkan ketegangan emosional menahun. Demikian pula dengan stres mental yang timbul karena terlalu banyak bekerja, terlalu banyak utang, kesuiitan dalam pernikahan, anak-anak yang menggunakan obat terlarang atau alkohol, dan stres mental lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan, keuangan, masalah-masalah keluarga atau sekolah seseorang. Orang-orang perfeksionis, yang terus menerus berusaha keras melakukan lebih dan lebih banyak pekerjaan, dan yang terus menerus memaksa diri sendiri tanpa benar-benar merasa puas atas kinerja mereka sendiri, khususnya mudah mengalami stres mental.

Sties Kimiawi
Sties kimiawi terjadi karena penggunaan berlebihan berbagai macam bahan kimia seperti gula, kafein, obat perangsang, alkohol, nikotin (merokok), dan bahan makanan tambahan. Stres kimiawi juga berhubungan dengan bahan-bahan kimia yang terkena pada seseorang di lingkungannya, seperti: serbuk tembikar, debu, bahan-bahan penyebab alergi, dan zat-zat kimia yang beracun seperti gas pembuangan disel, asap rokok, dan pestisida. Merkun dalam campuran tambalan gigi gigi dapat menyebabkan stres kimiawi.
Lingkungan tertentu seperti kota-kota yang berpenduduk padat, pola lain lintas yang macet, dan daeiah-daerah yang mempunyai banyak pabnk, tampak penuh dengan lebih banyak sumber stres kimiawi dan lingkungan-lmgkungan lainnya. Namun tidak semua orang memberikan reaksi yang sama terhadap faktor-faktor lingkungan ini. Seseorang mungkin akan mengalami alergi, asma, infeksi yang sermg kambuh, masalah-masalah pernapasan yang parah, dan kelelahan adrenal di lingkungan yang berpolusi; sedangkan orang lain munkin tidak menunjukkan reaksi-reaksi fisik yangjelas.

Stress Suhu
Orang yang mendenta kelelalian karena suhu udara yang panas dan hypothermia (suhu tubuh menurun karena udara dingin) mengalami stres yang parah akibat suhu udara (Colbert, 2006). Menurut Swarth (1993), udara dingin dapat menyebabkan stres fisik pada tubuh sehingga timbul respon berupa perubahan sirkulasi, pernapasan dan denyut jantung. Stres akibat suhu udara sebenamya jarang terjadi dalam kebudayaan orang Amerika Serikat pada masa kini karena sebagian besar penduduk mempunyai alat pemanas dan pengatur suhu udara dalam rumah dan mobil mereka (Colbert, 2006).
Swarth (1993) menambahkan bahwa kebiasaan nutrisi yang buruk juga dapat menyebabkan stres. Menurutnya, stres dapat meningkat akibat terlalu banyak mengkonsumsi gula, kafein, alkohol, natrium (garam) dan lemak serta terlalu sedikit mengkonsumsi zat-zat gizi. Overdosis kafein dapat menyebabkan seseorang cepat marah, cemas, lelah atau pusing serta gangguan tidur atau sakit kepala. Gula juga dapat memperberat stres fisik dan mental melalui efeknya pada gula darah. Konsumsi alkohol yang berlebihan dan menahun dapat meningkatkan tekanan darah, kerusakan otot jantung dan menyebabkan sirosis serta hepatitis alkoholik (Swarth, 1993).














4
Streskah Anda?
(Pemicu Stres dalam Diri Anda)

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka ada beberapa sumber yang dapat menjadi pemicu stres pada dokter gigi. Sebelumnya perlu anda ketahui bahwa beberapa pemicu stres dibawah ini mungkin belum tentu merupakan pemicu stres bagi diri anda namun dapat dirasakan menjadi pemicu stres bagi rekari-'-sejawat anday dan sebaliknya. Anda dapat merenungkan beberapa pemicu stres dibawah ini. Sebenarnya dari beberapa pemicu stres tersebut, pemicu stres yang manakah yang berkaitan dengan masalah stres pada diri anda.

Lingkungan dan cuaca
         Tingkat stres dokter gigi di pedesaan berbeda dengan di perkotaan. Di
pedesaan mungkin  dokter gigi  mungkin  akan  stres ketika bekerja di
puskesmas dengan fasilitas peralatan yang kurang memadai. Sedangkan
dokter gigi di perkotaan mungkin stres terhadap tuntutan kebutuhan pasien
yang jauh lebih tinggi dibanding masyarakat pedesaan. Bayangkan jika anda
berada pada situasi tersebut, streskah anda?
         Streskah anda ketika menghadapi kemacetan lalu lintas saat pergi ke tempat
praktek?
         Musim hujan juga dapat menyebabkan stres bagi sebagian dokter gigi yang
daerah tempat prakteknya merupakan daerah banjir. Rasa was-was jika
"unit"-nya  akan  terendam  banjir   selalu  timbul  ketika  musim  hujan.
Bagaimana dengan anda, apakah anda mengalami hal itu?

Jenis pekerjaan
Pekerjaan sebagai seorang dokter gigi mempunyai tingkat stres yang cukup tinggi disamping pemanjat tebing dan pawang ular (binatang buas).
        Dalam bekerja seorang dokter gigi membutuhkan konsentrasi yang penuh
saat mengerjakan pasiennya. Pada saat mengerjakan pasien pandangan
terus   tertuju   pada   gigi   yang   ia   kerjakan.   Konsentrasi   tinggi   dan
keterampilan tangan sangat dituntut disamping pengetahuan. Apakah hal
ini dapat menyebabkan anda stres?
        Terkadang   harapan    antara   hasil    pekerjaan    tidak    sesuai    dengan
kenyataannya (misalnya pada dokter gigi usia lanjut dimana tangan sudah
mulai tremor maka ketika melakukan penambalan gigi yang mungkin
dulunya  hasil  ukiran  tambalannya  sempurna,   sekarang  hasil  ukiran
tambalannya   menjadi   kurang   sempurna   atau   mungkin   stres   karena
penambalan tersebut menjadi membutuhkan waktu yang lebih lama dari
biasanya). Streskah anda jika harapan antara hasil pekerjaan tidak sesuai
dengan kenyataannya?

Fasilitas bahan dan peralatan
        Mungkin sebagian dari anda pernah mengalami kehabisan bahan ketika
sedang merawat pasien. Tanpa anda sadari ternyata bahan anda untuk
menambal sudah habis dan anda sama sekali tidak mempunyai persediaan
tambahan padahal  gigi pasien  sudah  anda bur.  Streskah  anda ketika
menghadapi hal ini?
        Bagaimana ketika anda sedang mengerjakan pasien tiba-tiba saja lampu mati
dan anda tidak mempunyai generator listrik, streskah anda?
        Streskah anda ketika di tempat praktek anda, air PAM anda tidak keluar
dalam beberapa minggu karena sedang ada perbaikan?

Hubungan personal
        Dokter gigi mungkin akan  stres ketika dihadapkan pada pasien yang
cerewet,   suka   mengkritik   apalagi   menuntutnya   atas   tuduhan   telah
melakukan malpraktek. Selain itu, dokter gigi mungkin akan stres ketika
harus berselisih paham dengan teman sejawat di tempat dinas mengenai
karir, gaji, atau soal kepangkatan, serta stres ketika harus menghadapi
perawat yang kerjanya tidak benar. Bagaimana jika anda mengalami hal itu,
apakah anda akan stres?
        Dokter  gigi  terkadang  stres   dengan   para  tekniker  gigi   karena  hasil
pembuatan   lab   yang   kurang   memuaskan   dan   tidak   sesuai   dengan
keinginannya apalagi jika hasil kerjanya tidak dapat dikirim tepat waktu
sehingga dokter gigi mendapat complaint dari pasiennya. Streskah anda jika hal itu terjadi pada anda?

Kehilangan Jabatan
Dokter gigi yang kehilangan jabatan penting di suatu instansi tempat dia bekerja mungkin akan mengalami stres apalagi jika alasan kehilangan jabatan tersebut karena faktor perselisihan dengan atasan atau dengan teman sejawatnya. Bayangkan jika anda berada pada situasi tersebut, streskah anda?


Kehilangan Pekerjaan
Sebagian dokter gigi tidak memiliki tempat praktek sendiri melainkan bekerja di suatu klinik atau tempat praktek pribadi teman sejawatnya. Bayangkan jika anda berada pada situasi demikian, streskah anda jika anda dikeluarkan dengan suatu alasan yang jelas padahal dari situlah anda mendapat penghasilan?

Pensiunan
Dokter gigi yang pensiun dari tempat dinasnya dan sama sekali tidak praktek lagi (misalnya di rumah) ataupun melakukan usaha lain di samping praktek maka kemungkinan akan mengalami stres berat karena yang biasanya sehari-hari melakukan kegiatan praktek dan bertemu dengan pasien atau rekan sejawatnya maka setelah pensiun mungkin sama sekali tidak bekerja, hanya di rumah saja sehingga frekuensi bertemu dengan orang lain (pasien atau teman sejawat) akan berkurang. Padahal dengan bertemu pasien atau teman sejawat, dia  dapat  mengobrol,  bercanda  ataupun  mengeluarkan  keluh  kesahnya.

Perceraian
Dokter gigi yang mengalami kasus perceraian mungkin akan stres karena adanya rasa takut akan hidup sendiri serta takut dan malu kalau dirinya akan menjadi bahan omongan rekan-rekan sejawatnya atau orang disekitarnya (pasien, perawat, atau tetangga). Rasa stres juga timbul ketika dia harus menghadiri panggilan persidangan yang dilaksanakan berkali-kali padahal disamping itu dia juga harus praktek. Jika anda berada pada kondisi ini, streskah anda?

Konflik Suami Isteri
Konflik dengan suami/isteri dapat menyebabkan dokter gigi stres bahkan tidak dapat berkonsentrasi penuh ketika praktek. Tahukah anda pemicu konflik suami isteri ini dapat bersumber dari masalah anak, masalah pendapatan pekerjaan, sampai pada masalah seks.
Masalah anak: Sikap saling menyalahkan jika anak-anak menjadi tidak terus karena kesibukan orang tuanya dapat menjadi pemicu konflik. Tanpa disadari terkadang suami atau isteri mencari uang tanpa mengenal waktu. Keributan dapat terjadi ketika sang anak sakit, anak tidak naik kelas atau pun anak-anaknya menjadi tidak benar dalam pergaulan (misalnya menjadi pecandu Narkoba).


Masalah Pendapatan Pekerjaan dan Masalah Seks:
·         Jika sana suami dokter gigi sedang sang isten hanya ibu rumah tangga Apa yang terjadi jika seorang suami prakteknya kurang sukses sementara isterinya hanya menjadi ibu ruinah tangga saja? Terkadang hal ini dapat memicu konflik karena masalah keuangan dimana biaya belanja aimali tangga sehari-hari meningkat dan biaya anak sekoiah juga meningkat. Kadang dengan niat baiknya isten bekeija sambilan untuk menambah penghasilan keluarga. Nanmn ada kalanya suami tidak membenkan ijin karena dia mempunyai prinsip bahwa dialah kepala keluarga yang habis mencari penghasilan bagi keluarganya sedang tugas isteri hanya di nunah mengurus anak-anak.
Apa yang terjadi jika suami prakteknya sukses sampai larut malam sementara sang isteri malah menuuggunya di rumah? Terkadang suami juga suka lupa din karena asyik mengejar uang sehingga melupakan keluarga. Isteri akan merasa kesepian bahkan mungkin anak-anaknya juga jarang dapat bertemu dengan ayahnya karena sang ayah bam pulang praktek ketika mereka semua sudah tertidur. Jika rutimtas seperti ini tems berlanjut maka kemungkinan sang isteri mula-mula akan menegur suaminya untuk membatasi waktu praktek. Nanmn jika tidak didengarkan oleh sang suami maka sang isten dapat melakukan beberapa kemungkinan misalnya:
-          isteri akan menurut dan membiarkan suaminya tetap berbuat demikian karena menurutnya semuanya itu dilakukan suaminya untuk membiayai kehidupan keluarganya (namun tanpa disadari mungkin sang isteri tertekan jiwanya dan membiarkan hal itu sehingga menyebabkan stres yang terakumulasi bahkan dapat memicu timbulnya suatu penyakit).
-          ikut menemani dan membantu sang suami praktek (mungkin dengan ikutnya sang isteri ke tempat praktek justru akan menimbulkan masalah baru  seperti  isteri  ikut-ikutan  menentukan  harga,  ikut menentukan masalah pembelian bahan dan alat, ikut membereskan alat-alat tapi tidak ditaruh pada tempatnya sehingga pada saat suami akan memakai alat tersebut jadi susah dicari, serta setibanya di rumah sang isteri sudah capek dan tidak dapat melayani suami).
-          yang paling tragisnya adalah sang isteri menyeleweng karena merasa kesepian yang mungkin ujung-ujungnya adalah menimbulkan masalah perceraian.


·         Jika sang suami dokter gigi sedang sang isteri wanita karir
Dalam realita kehidupan sekarang banyak wanita yang penghasilannya lebih besar daripada laki-laki. Bagaimana jika suami yang prakteknya kurang berhasil sementara isterinya sukses dalam berkarir? Terkadang wanita yang lebih sukses suka lupa diri dan memandang remeh suaminya. Percecokkan pun akan timbul setiap saat terutama bila menyangkut masalah uang. Jika hal ini terjadi maka ada beberapa kemungkinan yang terjadi yaitu:
-         suami akan memendamnya dalam hati dan membiarkan isterinya untuk berlaku semaunya. Suami yang memilih untuk memendamnya dalam hati mungkin akan melarikan diri ke hal-hal yang dapat mempengaruhi kesehatannya (misalnya merokok atau minum-minuman keras). Keadaan ini juga akan menyebabkan jiwa sang suami tertekan dan mengalami stres.
-         Suami yang tadinya setia namun karena harga dirinya diinjak-injak dapat berbuat hal negatif, misalnya akan main gila dengan perawat di tempat praktek,  pasien  atau  teman   kerjanya,   dan  hal   inilah   yang  dapat menimbulkan masalah perceraian.
·         Jika sang suami dokter gigi dan sang isteri juga dokter gigi
Sepantasnya jika suami dokter gigi dan isterinya juga dokter gigi maka
diharapkan dapat saling mendukung dan menunjang. Namun terkadang
keadaan ini justru memicu terjadinya konflik dalam rumah tangga. Jika
suami atau isteri tersebut berpraktek dalam satu tempat praktek, terkadang faktor pasien atau pun alat dapat menjadi permasalahan. Kadang pasien ada yang suka "bermanja-manja atau bersikap genit" dengan dokternya maka rasa cemburu dapat memicu terjadinya konflik suami-isteri. Alat yang dipakai  bersama pun  dapat menjadi  sumber konflik, misalnya: suami/isteri terkadang lupa menaruh alat yang dipakai sehingga saat ingin dipakai tidak ada dan biasanya saling menyalahkan pasangannya karena tidak menaruh alat tersebut pada tempatnya.
·         Jika sang suami bukan dokter gigi dan sang isteri dokter gigi
Isteri yang prakteknya sukses mungkin prakteknya bisa sampai jam 1 pagi. Jika sang isteri tidak dapat membagi waktu antara waktu praktek dan keluarga maka anak-anak dan suami akan menjadi tidak terurus. Suami mula-mula mungkin akan menegurnya namun jika tegurannya tetap tidak diindahkan maka kemungkinan terbesar suaminya akan memendamnya dalam hati dan menyebabkan stres, bahkan dapat memicu suaminya untuk nyeleweng atau pun bercerai.

Kehamilan isteri
Kehamilan isteri juga dapat menyebabkan stres bagi dokter gigi karena mungkin saja dia hams menghadapi permintaan isteri yang aneh-aneh ketika sang isteri sedang ngidam sementara itu juga harus praktek. Selain itu, mungkin stres karena perlu menyediakan dana bagi biaya kontrol kehamilan isteri dan biaya persalinan sang isteri nantinya serta menyediakan dana tambahan untuk keperluan sang anak. Streskah anda pada saat isteri anda hamil?

Problem Orang Tua
Disamping praktek, seorang dokter gigi baik pria maupun wanita juga harus memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Jangan sampai seorang dokter gigi prakteknya berhasil tapi keluarganya berantakan. Jadi disini, dokter gigi dituntut untuk dapat membagi waktu antara karir dan keluarga. Coba anda bayangkan bila anda mempunyai praktek yang sukses namun keluarga anda berantakan, misalnya:
-      anak anda seorang pecandu narkoba.
-      anak anda hanya bermalas-malasan, tidak lulus-lulus (tidak naik kelas), dan bisanya hanya menghambur-hamburkan uang anda.
-      anda jarang bertemu dan berkomunikasi dengan anak anda sehingga anda kurang mengenal sifat dan keinginan anak anda bahkan anda tidak ingat lagi kapan ulang tahun anak anda. Bisa jadi anda akan dianggap sebagai orang "asing" oleh anak anda sendiri.
Jika anda berada pada kondisi seperti itu, streskah anda?

Keuangan
Dokter gigi mungkin akan stres ketika dihadapkan pada masalah harus melunasi kredit pembelian alat, biaya asuransi, bayar sewa ruangan, tuntutan biaya untuk mengikuti seminar-seminar baik didalam maupun diluar negeri, biaya tahunan keanggotaan dokter gigi, biaya perpanjangan ijin praktek serta biaya-biaya yang tidak terduga lainnya. Streskah anda bila anda dihadapkan pada hal yang demikian sementara penghasilan anda pas-pasan?

Pinjaman Bank Dengan Rumah Sebagai Jaminan
Pinjaman uang dari bank untuk membiayai fasilitas tempat praktek dengan rumah sebagai jaminan mungkin akan menyebabkan stres bagi dokter gigi karena dia dituntut untuk dapat membayar pinjaman tersebut tepat waktu sebab jika tidak dapat membayar maka kelangsungan hidup keluarganya akan terancam. Jika anda berada pada situasi demikian, streskah anda?
Masalah Hukum (tuntutan hukum, peniara, dan Iain-lain)
Sekarang ini, masyarakat sudah lebih berani mengkritik bahkan menuntut dokter dengan tuduhan telah melakukan malpraktek. Dokter gigi yang dihadapkan pada kasus seperti ini tentunya akan mengalami stres. Bagaimana dengan anda?

Penyakit fisik atau cidera (penyakit jantung, paru-paru, stroke, kanker, AIDS, dan Iain-lain).
-       Sekarang ini, banyak sekali penyakit menular yang menjangkiti masyarakat
seperti Hepatitis dan AIDS. Tentu saja, di kalangan dokter gigi hal ini akan
menimbulkan rasa takut dan kuatir tertular oleh penyakit tersebut walaupun
sudah memakai alat pelindung (kaca mata pelindung, masker, sarung tangan
atau pun telah mendapat suntikan vaksin untuk anti hepatitis).
-       Dokter gigi yang mengalami stroke yang parah akan stres karena tidak dapat
melakukan praktek lagi.
-       Dokter gigi yang menderita penyakit jantung akan stres karena mungkin
kegiatan prakteknya dibatasi (tidak boleh menerima pasien banyak-banyak)
serta butuh biaya yang besar untuk pengobatan penyakit jantungnya.
-       Dokter gigi yang menderita penyakit kanker akan mengalami tingkat stres
yang tinggi karena disamping dia stres memikirkan penyakit yang dideritanya, dia juga stres terhadap pekerjaannya serta stres memikirkan biaya pengobatan penyakitnya yang mahal.
Bagaimana dengan anda, streskah anda ketika anda dihadapkan pada kondisi seperti diatas?

Bencana (gempa bumi, banjir, kebakaran, dan Iain-lain)
-        Ketika terjadi bencana (seperti gempa bumi, banjir atau kebakaran) yang
menyebabkan kerusakan pada peralatan kedokteran gigi maka dokter gigi
mungkin akan mengalami stres karena disamping dia harus memikirkan nasib
keluarganya, dia juga harus berpikir bagaimana dia dapat membeli lagi
peralatan yang rusak tersebut sementara harga peralatan tersebut tidaklah
murah. Bagaimana dengan anda, streskah anda pada kondisi tersebut?
-        Pada tahun 1998 dimana dimana terjadi peristiwa penjarahan dan kerusuhan,
tidak sedikit dokter gigi yang mengalami kerugian baik materi maupun
mental. Pada saat itu mungkin ada dokter gigi yang rumahnya atau tempat
prakteknya ikut terjarah. Hal ini mungkin meyebabkan dia akan mengalami
stres yang hebat karena harta bendanya telah habis dan mungkin yang ada
dalam pikirannya bahwa dia telah hancur karena mungkin tidak sanggup lagi
untuk membangun rumah atau tempat prakteknya yang terjarah. Bila kondisi
ini terjadi pada anda, streskah anda?

Tipe kepribadian (Tipe A dan B)
Dokter gigi dengan tipe kepribadian A sangat mudah mengalami stres yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena tipe kepribadian A memiliki ciri-ciri: tidak sabaran, sifat bersaing, selalu kuatir, agresif, sifat bermusuhan, serta bicara dan gerakannya cepat. Menurut beberapa ahli, stres yang berlebihan dapat memicu terjadinya penyakit. Apakah anda memiliki kepribadian seperti diatas?

Nutrisi
-        Mungkin sebagian kecil dokter gigi suka minum kopi yang berlebihan (lima gelas kopi atau lebih dalam sehari) atau meminum-minuman keras serta diet yang ketat. Tanpa disadari hal tersebut justru dapat menyebabkan timbulnya stres. Dengan meminum kopi yang berlebihan maka terjadi kelebihan kafein dalam tubuh. Menurut Swarth (1993), kelebihan kafein dapat menimbulkan masalah karena kafein ternyata merangsang hormon stres dan denyut jantung serta meningkatkan tekanan darah. Apakah anda termasuk orang yang suka minum kopi secara berlebihan?
-        Diet yang ketat dapat menyebabkan stres pada tubuh. Jika terjadi sedikit
penurunan kalori tidaklah menimbulkan masalah tetapi bila terjadi penurunan kalori secara drastis maka keseimbangan tubuh akan terancam dan dapat menimbulkan respon stres. Selain itu, nutrisi yang buruk dapat mengganggu keseimbangan zat-zat gizi dan tubuh yang kekurangan zat gizi lebih rentan terhadap penyakit. Apakah anda termasuk orang yang menjalankan program diet ketat?


-        Sewaktu stres, mungkin alkohol digunakan untuk relaksasi atau lari dari stres. Alkohol   yang   digunakan   untuk   mengatasi   stres   dapat   menyebabkan penyalahgunaan dan alkoholisme. Apakah anda termasuk orang yang suka minum minuman yang beralkohol secara berlebihan?































5
Tahapan Stres dan Gejalanya

Dr. Robert J. Van Amberg (1979, cit. Hawari, 2001) membagi stres atas enam tahap. yaitu:
1.      Stres tahap I
Merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
-   semangat kerja yang berlebihan (overacting)
-   penglihatan "tajam" tidak sebagaimana biasanya
-   merasa    senang    dengan    suatu    pekerjaan    dan    semakin    semangat
-   mengerjakannya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis bahkan dihabiskan (all out)
-   rasa gugup yang berlebihan

2.      Stres tahap II
Pada tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan mulai timbul keluhan-keluhan karena kekurangan energi yang disebabkan waktu istirahat yang kurang. Keluhan yang timbul antara lain:
-      merasa letih saat bangun pagi dimana seharusnya pada saat bangun pagi orang merasa segar.
-      merasa lelah sesudah makan siang
-      lekas capai menjelang sore hari
-      jantung berdebar-debar
-      sering mengalami keluhan pada lambung atau perut (bowel discomfort) otot punggung dan tengkuk terasa tegang
-      tidak bisa santai

3.      Stres tahap III
Pada tahap ini keluhan yang terjadi semakin nyata dan mengganggu, hal ini diakibatkan karena keluhan yang terjadi pada stres tahap II diabaikan dan orang tetap memaksakan dirinya untuk bekerja. Keluhan yang timbul antara lain:
-      gangguan pada lambung dan usus (gastritis dan diare)
-      ketegangan otot semakin terasa
-      ketegangan emosional dan rasa tidak tenang semakin meningkat
-      gangguan tidur (insomnia)
-      koordinasi tubuh terganggu (badan terasa lemas dan serasa mau pingsan). Sebaiknya individu yang mengalami stres pada tahap ini, berkonsult dokter  untuk  memperoleh  terapi.   Selain   itu   individu  tersebut  sebaik mengurangi beban stres serta memberi kesempatan tubuh untuk istin menambah suplai energi yang sudah mengalami defisit.

4.      Stres tahapIV
Bila individu yang mengalami stres tahap III dinyatakan sehat oleh dokter yang memeriksanya sehingga individu tersebut terus memaksakan dirinya bekerja tanpa istirahat maka akan timbul gejala stres tahap IV. Gejala stres tersebut antara lain:
-        terasa sulit untuk bertahan sepanjang hari
-        aktivitas   pekerjaan   yang   semula   terasa   menyenangkan   dan   mudah diselesaikan menjadi terasa membosankan dan lebih sulit
-        yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara ade kuat
-        tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
-        gangguan pola tidur disertai mimpi yang menegangkan
-        seringkali menolak ajakan karena tidak ada semangat dan gairah
-        daya konsentrasi dan daya ingat menurun
-        timbul rasa ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya

5.      Stres tahap V
Bila keadaan stres terus berlanjut maka individu akan mengalami stres tahap V dengan gejala sebagai berikut:
-        kelelahan fisik dan mental semakin mendalam
-        tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang walaupun ringan dan sederhana
-        gangguan sistem pencemaan semakin parah (gastro-intestinal disorder)
-        timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat
mudah bingung dan panic

6.      Stres tahap VI
Merupakan tahap klimaks dimana individu mengalami panic attack dan perasaan takut mati. Tidak jarang individu yang mengalami stres tahap ini seringkali dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) meskipun pada akhirnya individu tersebut dipulangkan kembali karena tidak ditemukan kelainan fisik dan organ tubuh. Gejala stres yang timbul pada tahap ini antara lain:
-        jantung berdebar sangat keras
-        susah bernapas (sesak dan megap-megap)
-        sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan keringat bercucuran
-        tidak ada tenaga untuk melakukan hal-hal yang ringan sekalipun
-        pingsan dan kolaps

1 comment:

  1. Boleh minta daftar pustakanya nggak? Makasih..

    ReplyDelete